Review Singkat tentang Bangsa Turki dalam Konteks Kolonialisme dan Imperialisme
Dibuat untuk menjawab statement Erdogan bahwa “Bangsa Turki tidak pernah melakukan aksi kolonialisme”.
Pertama harus kita harus perjelas bahwa “Turki” modern adalah bagian dari bangsa yang berbahasa “Turkic” yang termasuk 5 negara Asia Tengah (Kazakhstan, Turkmenistan, Uzbekistan, dll.), bangsa Turki awalnya adalah masyarakat nomaden, beberapa teori mengatakan mereka berasal dari bangsa Xiongnu di Mongolia Kuno. Pada abad ke-11, bangsa Turki melakukan konversi massal ke agama Islam dari agama Tengri dan melakukan migrasi massal ke Asia Tengah dan Persia, puncaknya adalah pendirian dinasti Ghassanid di Afghanistan serta dinasti Seljuk di Persia dan Timur Tengah serta dinasti Khalji di India Utara. Dinasti yang paling besar adalah Seljuk, mereka mengadopsi tradisi dan birokrasi yang sudah ada di Persia serta menjadi tuan bagi orang-orang Persia, menggantikan orang Arab. Dinasti Seljuk bahkan memanfaatkan Kekhalifahan Abbasiyah yang lemah sebagai boneka. Pada tahun 1071, Seljuk mengalahkan Kekaisaran Byzantium di Manzikert dan memulai penaklukan Anatolia dan memulai diaspora bangsa Turki ke Anatolia yang sebelumnya ditinggali oleh bangsa seperti Armenia, Yunani, Assyria, serta Kurdi. Ancaman Seljuk ini yang menjadi perhatian Kaisar John yang kemudian meminta Paus Urbanus II untuk mendeklarasikan perang suci melawan Seljuk, pada Perang Salib I, bangsa Turki diusir dari Yerusalem hal ini diakibatkan emir-emir (tuan tanah feodal) Seljuk saling berselisih sehingga memungkinkan pasukan Salib untuk menaklukan Yerusalem.
Sejarah Turki modern dimulai dari pecahnya Kesultanan Rum di Anatolia akibat serbuan orang Mongol, yaitu Orhan I dari dinasti Ottoman menjadi kekuatan regional di Anatolia Barat. Melalui penaklukan ia dan keturunannya berhasil mendirikan kekuatan di Anatolia Barat dan Yunani. Selain dinasti Ottoman ada pula dinasti Timurid yang didirikan Tamerlane di Persia dan Khorasan, Tamerlane adalah seorang Turkic-Mongol yang terkenal karena kekejamannya.
Tamerlane adalah seorang pembunuh yang terkenal karena kekejamannya, ia mendirikan piramida dari tengkorak manusia serta membantai seantero kota taklukannya. Ia menjarah kota Baghdad, Delhi serta mengalahkan dinasti Ottoman di Pertempuran Ankara. Apakah kekejian Tamerlane dapat disebut sebagai praktik kolonialisme? Menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy praktik kolonialisme adalah:
“Colonialism is a practice of domination, which involves the subjugation of one people to another. One of the difficulties in defining colonialism is that it is hard to distinguish it from imperialism. Frequently the two concepts are treated as synonyms. Like colonialism, imperialism also involves political and economic control over a dependent territory. The etymology of the two terms, however, provides some clues about how they differ. The term colony comes from the Latin word colonus, meaning farmer. This root reminds us that the practice of colonialism usually involved the transfer of population to a new territory, where the arrivals lived as permanent settlers while maintaining political allegiance to their country of origin. Imperialism, on the other hand, comes from the Latin term imperium, meaning to command. Thus, the term imperialism draws attention to the way that one country exercises power over another, whether through settlement, sovereignty, or indirect mechanisms of control.”
Dari definisi tersebut jelas bahwa bangsa Turki melakukan praktik imperialisme, karena mendirikan dominasi atas bangsa-bangsa lain melalui penaklukan bukan persetujuan. Apakah mereka juga melakukan kolonialisme? Ya, jika Anda lihat demografi bangsa di Anatolia sepuluh abad ke belakang Anda akan terkejut betapa berbedanya persebaran etnis dan bangsa yang kini didominasi etnis Turki, hal ini adalah akibat diaspora, yang dalam beberapa aspek mirip dengan kolonialisme Amerika oleh bangsa-bangsa Eropa, namun tentu saja imperialisme Eropa tidak bisa disamakan dengan imperialisme Turki. Mengapa? Nanti akan dijelaskan.
Dinasti Ottoman memulai ekspansi penaklukan ke Balkan dan Timur Tengah pada abad ke-15 hingga abad ke-17, mereka memanfaatkan peperangan antara Inggris dan Prancis serta perseteruan orang Jerman sehingga Eropa Barat tidak bisa memanggil perang suci seperti di abad ke-11. Puncak Ottoman adalah pada zaman Sultan Sulaiman yang Agung, mereka kerap bersaing dengan dinasti Habsburg yang berkuasa di Spanyol dan Austria yang berujung pada kekalahan Ottoman dan periode stagnasi diikuti deklinasi. Mereka mendirikan imperium multi-etnik yang nantinya akan menjadi alasan mengapa mereka jatuh.
Apa yang membedakan kolonialisme Turki dengan Eropa? Adalah proses migrasi dan sistem eksploitasinya. Bangsa Eropa awalnya berfokus pada 3G; Gold, Gospel, Glory dimana bangsa Ottoman relatif lebih toleran terhadap perbedaan agama bahkan tidak mempidanakan tindakan homoseks hingga 1858 (Itupun mengikuti model negara Barat pada zamannya yang mempidanakan tindakan homoseks). Tradisi bangsa Turki adalah hegemoni, dimana bangsa taklukan memiliki otonomi yang lebih tinggi daripada bangsa taklukan Eropa seperti Aztec, Maya, Inca dan suku-suku lainnya di Amerika. Selain itu mereka tidak punya pasar besar seperti Eropa sehingga tidak ada eksploitasi rempah-rempah dan emas seperti yang dilakukan bangsa Eropa. Bangsa Turki pun tidak banyak melakukan diaspora keluar Anatolia setelah pendirian dinasti Ottoman, lebih memilih kolaborasi dengan penguasa lokal seperti Mamluk di Mesir. Pada masa imperialisme baru, yang ditandai dengan revolusi industri Ottoman tidak mampu mendirikan industri sehingga tidak memanfaatkan daerah taklukkan mereka sebagai sapi perah untuk daerah metropolitan mereka, hal ini membedakan imperialisme Turki dengan Eropa.
Hal inilah yang menyebabkan definisi “eksploitasi ekonomi” ala Eropa Barat tidak dapat ditemukan di Ottoman. Eksploitasi ekonomi yang terjadi adalah ketika penaklukan, yaitu melalui penjarahan, hal ini juga dilakukan bangsa Eropa pada era imperialisme lama di Afrika Barat dimana mereka “menjarah” orang-orang Afrika untuk dijadikan budak di Amerika atau ketika Spanyol menaklukan Mexico dimana artefak Aztec dilebur menjadi emas batangan dan dikirim ke Spanyol. Bangsa Turki juga tidak memperkerjakan budak secara massif seperti Amerika Serikat atau Brazil. Dan definisi “eksploitasi ekonomi” dimana eksploitasi dilakukan setelah penaklukan/akuisisi adalah definisi untuk masyarakat merkantilis dan kapitalis, dimana Ottoman tidak pernah mencapai tahap tersebut dan ekonominya relatif feodal dibanding negara Eropa Barat karena masih menganut sistem guild. Namun frasa tersebut berasal dari kata “eksploitasi” dan “ekonomi”, dimana eksploitasi mengandung makna “the use of something in order to get an advantage from it” menurut Cambridge Dictionary dan ekonomi mengandung makna “the system of trade and industry by which the wealth of a country is made and used” dimana perampasan harta suatu bangsa lain adalah tindakan menggunakan kekerasan / kuasa demi mendapatkan kapita (wealth).
Berbeda dengan anggapan banyak orang, dinasti Ottoman menerapkan sistem pajak progresif yang mirip dengan negara Eropa Barat setelah Sultan Sulaiman mengendurkan kewajiban zakat sebagai charity1.
Pada abad ke-19, Ottoman sudah dianggap sebagai “orang sakit” karena minim perkembangan dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat. Secara militer mereka terancam oleh Rusia melalui Kaukasus dan Laut Hitam serta Austria di Balkan. Rusia bahkan mencoba merebut daerah Balkan milik Ottoman yang berdampak pada Perang Krimea dimana Prancis dan Inggris mengintervensi di pihak Ottoman yang berujung pada kekalahan Rusia. Namun Ottoman tetap mengalami kekalahan pada perang-perang berikutnya karena sistem militernya terbelakang. Pada akhir abad ke-19, nasionalisme menjadi faktor penting pada suatu bangsa, negara-negara Balkan yang sudah merdeka mengalahkan Ottoman beberapa kali hingga Ottoman terusir dari Balkan. Ottoman melakukan represi terhadap bangsa Balkan bahkan sering kali melakukan pembantaian terhadap etnis lain seperti Bulgaria pada Pembantaian Batak. Puncak keterpurukan Ottoman adalah saat Perang Dunia I dimana ia kalah telak oleh pasukan Entente.
Pada Perang Dunia I, bangsa-bangsa di bawah Ottoman memberontak, termasuk bangsa Arab yang didukung Entente di bawah pimpinan T.E. Lawrence atau “Lawrence of Arabia” berhasil menaklukan kota-kota penting Ottoman di Timur Tengah. Namun puncak kejahatan kemanusiaan Ottoman adalah genosida Armenia, dimana seluruh populasi Armenia dideportasi massal dan dihabisi. Genosida adalah tindakan pembunuhan sistematis terhadap suatu etnis dimana mereka akan dibantai tanpa pandang bulu, hal ini didasari ketakutan rezim Young Turk yang mengkudeta Sultan Abdul Hamid II akan potensi membelotnya orang Armenia kepada pasukan Rusia.
Enver Pasha, yang saat itu memegang kekuasaan tertinggi di Kekaisaran Ottoman menyalahkan kekalahan Ottoman di Kaukasus pada orang Armenia yang dituduh membelot. Ia pun mengeluarkan perintah untuk mempekerjakan orang Armenia secara paksa, walaupun saat itu tujuannya jelas bahwa paham rasisme yang dianut Young Turk bertujuan untuk melakukan genosida terhadap etnis Armenia. Hal ini diperhatikan oleh duta besar Amerika Serikat untuk Russia, Henry Morgenthau dalam catatannya Ambassador Morgenthau’s Story2. Selain itu ada perampasan paksa terhadap harta orang-orang Armenia yang statusnya adalah warga Kekaisaran Ottoman3. Enver Pasha menganggap bahwa indikasi adanya orang Armenia yang membelot sebagai justifikasi genosida. Hal ini lebih dari upaya pengamanan pertahanan negara melainkan aksi genosida yang dasarnya rasisme dan kebencian terhadap etnis lain. Kejahatan ini berujung pada tewasnya 1.6 juta orang Armenia4. Ini jelas tindakan melanggar kemanusiaan yang setingkat dengan Shoah oleh Nazi Jerman dan Pembantaian Srebrenica dimana warga Bosniak dibantai oleh orang-orang Serbia di Republik Srpska.
Sekali lagi, peristiwa genosida ini adalah peristiwa yang terdokumentasi dengan baik dengan sumber-sumber valid dan cross-study. Saya tidak bisa menerima penyanggahan atau denial terhadap terjadinya peristiwa ini, saya menganggap orang yang menyanggah terjadinya peristiwa ini seperti orang yang ogah belajar Fisika meski bidang Fisika sudah memiliki banyak sekali resource yang dapat dimanfaatkan dan hukum-hukum serta teori-teori yang telah terbukti secara eksperimental. Anda mungkin perlu cek kejiwaan jika Anda menganggap suatu genosida punya justifikasi moral atau materiil.
Hal-hal berikut seperti penaklukan bangsa lain dan berujung kepada tindakan keji di penghujung Kekaisaran Ottoman walaupun tidak sama dengan tindakan negara-negara Eropa Barat yang didasari keinginan untuk ekspansi dan eksploitasi serta pada akhirnya kebencian buta yang mencirikan suatu rezim kolonial membuat penulis merasa Turki Ottoman telah melakukan tindakan kolonialisme di masa lampau. Walaupun keterbatasan ekonomi Ottoman tidak memungkinkannya untuk melakukan eksploitasi semassif imperium Spanyol, Inggris, dan Prancis hal tersebut tidak menggugurkan fakta bahwa sejarah ekspansi Turki Ottoman dipenuhi tumpah darah yang didasari oleh keinginan untuk meraup kekayaan bangsa lain demi kepentingan satu bangsa.
Referensi
[1]https://pdfs.semanticscholar.org/1a93/72524095b22978acfb67aa74684af2b9249d.pdf
[2] https://books.google.co.id/books?id=NCy21PiWEbIC&redir_esc=y
[3] Dadrian, Vahakn N. (1995). The History of the Armenian Genocide: Ethnic Conflict from the Balkans to Anatolia to the Caucasus. Oxford: Berghahn Books. ISBN 1–57181–666–6.
[4] Göçek, Fatma Müge (2015). Denial of violence : Ottoman past, Turkish present and collective violence against the Armenians, 1789–2009. Oxford University Press. p. 1. ISBN 978–0–19–933420–9.